Kakrasana-Narayana Lahir

Syahdan, di Jonggringsaloka, Hyang Guru diharap oleh Hyang Narada. Kepadanya ditanyakan apa yang menjadi sebab huru-hara di kahyangan. Hyang Narada melaporkan, bahwa Hyang Wisnu dan Basuki akan turun ke marcapada, tak lain berkehendak akan sejiwa dengan putera-putera Basudewa, raja Mandura, yang akan lahirt. Hyang Guru bersabda,”Kakanda Narada, Dewi Maera akan melahirkan putera gondang kasih-kasih, yang terdahulu lahir itulah yang muda, yang tua, yang lahir kemudian. Baiklah, Wisnu dan Basuki supaya menitis ke kedua putera Basudewa. Berilah yang muda nama, sesuai dengan wujudnya yang hitam, si Kresna.

Kakrasana

Kemudian yang putih si Seta. Berangkatlah Narada ke Marcapada, dengan membawa Wisnu dan Basuki, diiringkan para widadari, membawa perlengkapan untuk membantu kelahiran sang bayi dari Dewi Maera. Di Mandura, telah berkumpul prabu Basudewa, prabu Pandudewanata. Tak lama kemudian datanglah Hyang Narada beserta bidadari-bidadari. Dewi Maera lalu melahirkan bayi, yang terdahulu berwujud putih, dinamakan Seta, juga Kakrasana. Yang kemudian berwujud hitam dinamakan Kresna, juga Narayana. Segera bayi dipuja oleh Narada, dimandikan dengan air gege oleh pada bidadari, jadilah besar bayi-bayi tersebut. Kepada Basudewa diberitakan, bahwa besok Mandura akan dilanda musuh, untuk itu ajukan si Narayana dan Kakrasana. Narada dan bidadari-bidadari kembali ke kahyangan.

Tersebutlah raja Awangga, bernama Karnarudraka, mengerahkan segala prajuritnya menggempur negara Mandura. Mereka akan menuntut balas kematian kakandanya, prabu Gorawangsa. Prabu Nbasudewa dilapori tentang kedatangan musuh dari Awangga, sesuai dengan sabda Hyang Narada. Kakrasana dan Naradalah yang melawan musuh-musuh itu, akhirnya semua prajurit awangga dapat dikalahkan. Demikian pula Prabu Karnarudraka dapat dibunuh oleh kedua satria Mandura.

Prabu Basudewa bersama prabu Pandudewanata dan segenap keluarga istana Mandura, merayakan kemenangan.
Lebih baru Lebih lama