Sang Hyang Wisnu seorang Dewa putra Hyang Guru. Halusnya menitis, menjelma pada raja-raja dan ksatria-ksatria. Hyang Wisnu pernah juga menjadi raja di muka bumi ini sebagai manusia biasa bertakhta di Purwacarita dengan gelar Sri Maharaja Budakresna.
Mereka yang mendapat titisan Hyang Wisnu, menjadi orang orang yang sakti dan waspada. Yang mendapat titisan Wisnu ialah: Prabu Arjunasasrabau dari Maespati, Sri Rama, dan Prabu Kresna. Penitisan juga terjadi sesudah zaman Purwa, ialah pada Prabu Jayabaya di Kediri.
Ketika Dewa ini dilahirkan, bumi terpengaruh hingga getar, sampai-sampai Betara Guru pun jatuh terpelanting.
Setelah dewasa, ia beristrikan Dewi Setyabama, putri Hyang Pancaresi, Hyang Wisnu bisa tiwikrama, menjadi raksasa yang tidak terhingga besarnya dan memiiki senjata cakra yang sangat sakti. Kesaktian dan senjata cakra itu digunakan oleh titisan Wisnu sebagai bukti bahwa mereka memang titisannya. Hyang Wisnu merupakan pokok pangkal yang memulai keturunan Pendawa dan ia berbesan dengan Hyang Brama.
Asal mula Hyang Wisnu mendapat bunga Wijayakusuma ialah sewaktu ia akan kawin dengan Dewi Pertiwi yang minta sebagai jujur bunga Wijayakusuma.
Semula bunga itu dimiliki oleh Begawan Kesawasidi. Tersebutlah, ketika Hyang Wisnu akan kawin dengan Dewi Pertiwi, maka bunga tersebut dipinjam oleh Hyang Wisnu untuk digunakan sebagai jujur. Permintaan itu dikabulkan. Tetapi untuk lengkapnya, barang siapa memiliki bunga itu harus memiliki pula kulitnya dan kulit itu dimiliki oleh Prabu Wisnudewa dari negara Garbapitu. Kulit bunga yang bertempat di dalam mulut seekor banteng (lembu hitam) dapat direbut oleh Hyang Wisnu dari mulut banteng itu. Terkabullah perkawinan Hyang Wisnu karena bisa mengadakan jujur yang diminta.
(“Sedjarah Wajang Purwa” oleh Pak Hardjowirogo penerbit PN Balai Pustaka Cetakan ke-5 tahun 1968)
================
BATARA WISNU adalah Dewa keadilan atau kesejahteraan. Badannya berkulit hitam sebagai lambang keabadian. Ia mempunyai kendaraan berwujud garuda bernama Garuda Bhirawan, mempunyai pusaka bernama Kembang Wijayakusuma dan Cangkok Wijayamulya. Bila tiwikrama, Batara Wisnu mempunyai prabawa yang sangat dahsyat dan berganti rupa menjadi Brahalasewu.
Batara Wisnu adalah putra kelima Sang Hyang Manikmaya, raja Tribuana, dengan Dewi Umayi. Ia mempunyai lima saudara kandung masing-masing bernama Batara Sambo, Batara Brahma, Batara Indra, Batara Bayu dan Batara Kala. Batara Wisnu juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umarakti, yaitu Batara Cakra, Batara Mahadewa dan Batara Asmara.
Batara Wisnu bersemayam di Kahyangan Untarasegara. Mempunyai 3 orang permaisuri dan 18 orang putra (14 laki-laki dan 4 perempuan). Dengan Dewi Sri Widowati atau Srisekar, Batara Wisnu berputra Batara Srigata, Batara Srinada dan Betari Srinadi. Dari Dewi Pratiwi berputra Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari. Sedangkan dengan Dewi Sri Pujawati berputra 13 orang masing-masing bernama Batara Heruwiyana, Batara Ishawa, Batara Bhisawa, Batara Isnawa, Batara Isnapura, Batara Madura, Batara Madudewa, Batara Madusadana, Dewi Srihuna, Dewi Srihuni, Batara Pujarta, Batara Panwaboja dan Batara Sarwedi/Hardanari.
Untuk membasmi angkara murka, Batara Wisnu pernah menjelma atau menitis menjadi Matswa (ikan) untuk membunuh raksasa Hargragiwa yang mencuri Kitab Weda. Menjadi Narasingha (manusia berkepala hariamau) untuk membinasakan Prabu Hiranyakasipu. Ia pernah beravatara berupa Wimana (orang kerdil) untuk mengalahkan Ditya Bali. Batara Wisnu juga menitis pada Ramaparasu untuk menumpas para gandarwa. Menitis pada Arjunasasra/Arjunawijaya untuk mengalahkan Prabu Rahwana. Terakhir menitis pada Prabu Kresna untuk menjadi parampara atau penasehat agung para Pandawa guna melenyapkan keserakahan dan kejahatan yang dilakukan oleh para Kurawa.
Sang Hyang Wisnu juga pernah turun ke Arcapada menjadi raja negara Medangpura bergelar Maharaja Suman untuk menaklukan Maharaja Balya, raja negara Medanggora penjelmaan Batara Kala. Menjadi raja di negara Medangkamulan bergelar Prabu Satmata, untuk menaklukan Prabu Watugunung yang melakukan inses dengan mengawini ibunya sendiri. Senjata Batara Wisnu berupa Cakra, juga dimiliki oleh para titisannya, kecuali Ramawijaya. Selain itu, Wisnu juga memiliki kembang sakti yang dapat menghidupkan orang yang mati sebelum ajalnya. Kembang itu disebut Cangkok Wijayakusuma. Dari semua titisannya, hanya Prabu Kresna yang memiliki Cangkok Wijayakusuma itu.
Sang Hyang Wisnu memiliki tunggangan berupa seekor garuda raksasa bernama Bhirawan. Karena sayang pada burung garuda tunggangannya itu, Bhirawan lalu dipungut sebagai menantu, dikawinkan dengan salah seorang putrinya yang bernama Dewi Kastapi.
Mereka yang mendapat titisan Hyang Wisnu, menjadi orang orang yang sakti dan waspada. Yang mendapat titisan Wisnu ialah: Prabu Arjunasasrabau dari Maespati, Sri Rama, dan Prabu Kresna. Penitisan juga terjadi sesudah zaman Purwa, ialah pada Prabu Jayabaya di Kediri.
Ketika Dewa ini dilahirkan, bumi terpengaruh hingga getar, sampai-sampai Betara Guru pun jatuh terpelanting.
Setelah dewasa, ia beristrikan Dewi Setyabama, putri Hyang Pancaresi, Hyang Wisnu bisa tiwikrama, menjadi raksasa yang tidak terhingga besarnya dan memiiki senjata cakra yang sangat sakti. Kesaktian dan senjata cakra itu digunakan oleh titisan Wisnu sebagai bukti bahwa mereka memang titisannya. Hyang Wisnu merupakan pokok pangkal yang memulai keturunan Pendawa dan ia berbesan dengan Hyang Brama.
Asal mula Hyang Wisnu mendapat bunga Wijayakusuma ialah sewaktu ia akan kawin dengan Dewi Pertiwi yang minta sebagai jujur bunga Wijayakusuma.
Semula bunga itu dimiliki oleh Begawan Kesawasidi. Tersebutlah, ketika Hyang Wisnu akan kawin dengan Dewi Pertiwi, maka bunga tersebut dipinjam oleh Hyang Wisnu untuk digunakan sebagai jujur. Permintaan itu dikabulkan. Tetapi untuk lengkapnya, barang siapa memiliki bunga itu harus memiliki pula kulitnya dan kulit itu dimiliki oleh Prabu Wisnudewa dari negara Garbapitu. Kulit bunga yang bertempat di dalam mulut seekor banteng (lembu hitam) dapat direbut oleh Hyang Wisnu dari mulut banteng itu. Terkabullah perkawinan Hyang Wisnu karena bisa mengadakan jujur yang diminta.
(“Sedjarah Wajang Purwa” oleh Pak Hardjowirogo penerbit PN Balai Pustaka Cetakan ke-5 tahun 1968)
================
BATARA WISNU adalah Dewa keadilan atau kesejahteraan. Badannya berkulit hitam sebagai lambang keabadian. Ia mempunyai kendaraan berwujud garuda bernama Garuda Bhirawan, mempunyai pusaka bernama Kembang Wijayakusuma dan Cangkok Wijayamulya. Bila tiwikrama, Batara Wisnu mempunyai prabawa yang sangat dahsyat dan berganti rupa menjadi Brahalasewu.
Batara Wisnu adalah putra kelima Sang Hyang Manikmaya, raja Tribuana, dengan Dewi Umayi. Ia mempunyai lima saudara kandung masing-masing bernama Batara Sambo, Batara Brahma, Batara Indra, Batara Bayu dan Batara Kala. Batara Wisnu juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umarakti, yaitu Batara Cakra, Batara Mahadewa dan Batara Asmara.
Batara Wisnu bersemayam di Kahyangan Untarasegara. Mempunyai 3 orang permaisuri dan 18 orang putra (14 laki-laki dan 4 perempuan). Dengan Dewi Sri Widowati atau Srisekar, Batara Wisnu berputra Batara Srigata, Batara Srinada dan Betari Srinadi. Dari Dewi Pratiwi berputra Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari. Sedangkan dengan Dewi Sri Pujawati berputra 13 orang masing-masing bernama Batara Heruwiyana, Batara Ishawa, Batara Bhisawa, Batara Isnawa, Batara Isnapura, Batara Madura, Batara Madudewa, Batara Madusadana, Dewi Srihuna, Dewi Srihuni, Batara Pujarta, Batara Panwaboja dan Batara Sarwedi/Hardanari.
Untuk membasmi angkara murka, Batara Wisnu pernah menjelma atau menitis menjadi Matswa (ikan) untuk membunuh raksasa Hargragiwa yang mencuri Kitab Weda. Menjadi Narasingha (manusia berkepala hariamau) untuk membinasakan Prabu Hiranyakasipu. Ia pernah beravatara berupa Wimana (orang kerdil) untuk mengalahkan Ditya Bali. Batara Wisnu juga menitis pada Ramaparasu untuk menumpas para gandarwa. Menitis pada Arjunasasra/Arjunawijaya untuk mengalahkan Prabu Rahwana. Terakhir menitis pada Prabu Kresna untuk menjadi parampara atau penasehat agung para Pandawa guna melenyapkan keserakahan dan kejahatan yang dilakukan oleh para Kurawa.
Sang Hyang Wisnu juga pernah turun ke Arcapada menjadi raja negara Medangpura bergelar Maharaja Suman untuk menaklukan Maharaja Balya, raja negara Medanggora penjelmaan Batara Kala. Menjadi raja di negara Medangkamulan bergelar Prabu Satmata, untuk menaklukan Prabu Watugunung yang melakukan inses dengan mengawini ibunya sendiri. Senjata Batara Wisnu berupa Cakra, juga dimiliki oleh para titisannya, kecuali Ramawijaya. Selain itu, Wisnu juga memiliki kembang sakti yang dapat menghidupkan orang yang mati sebelum ajalnya. Kembang itu disebut Cangkok Wijayakusuma. Dari semua titisannya, hanya Prabu Kresna yang memiliki Cangkok Wijayakusuma itu.
Sang Hyang Wisnu memiliki tunggangan berupa seekor garuda raksasa bernama Bhirawan. Karena sayang pada burung garuda tunggangannya itu, Bhirawan lalu dipungut sebagai menantu, dikawinkan dengan salah seorang putrinya yang bernama Dewi Kastapi.