Di kerajaan Dwarawati, prabu Kresna menerima kedatangan raja Mandura prabu Baladewa, menghadap pula raden satyaka, da raden Setyaki. Sang raja membicarakan dengan prabu Baladewa perihal lolosnya putera mahkota Dwarawati raden Samba, kepada kakandanya ialah prabu Baladewa, dibebankannya untuk menemukan dan membawanya kembali ke kerajaan Dwarawati, di mana kabar mencaritakan raden samba
berada di gadamadana, dan disanggupi. Pula, raja mengutus raden setyaka untuk pergi ke praja Madukara, menyerahkan permasalahannya kepada raden Janaka. Manakala raja kembali bertemu dengan permaisuri Dewi setyaboma, Dewi Jembawati dan Dewi rukmini di kraton, masanggrahlah prabu Baladewa di Kadiapten Dwarawati. Raden Setyaka, raden setyaki dan Patih Udawa mempersiapkan keberangkata ke kerajaan Mandura beserta wadyabala.
Di kerajaan trajutrisna, Prabu Bomanarakasura memerintahkan kepada wadyabalanya, untuk mencari seekor kijang tutul (berbintik-bintik) sesuai dengan permintaan istrinya, Dewi hagnyanawati. Dipertengahan jalan bertemulah wadyabala Trajutrisna dengan wadyabala Dwarawati, terjadilah perselisihan pendapat, dan peerangan. Paara wadyabala Trajutrisna melarikan diri bersembunyi di hutan, wadyabala Dwarawati meneruskan perjalanannya menuju praja Madukara.
Raden Janaka, menerima kedatangan utusan Sri Kresna, raden setyaka yang menceritakan perihal llosnya raden samba, sri Kresna membebankan tgas, membujuk raden samba supaya kembai ke kerajaan Dwarawati, dan disanggupimya.
Kembalilah raden Setyaka, kepada Dewi Subadra dan Dewi Srikandi. Raden Janaka mencaeriterakan perihal akan kepergiannya ke pertapaan Gadamadana, kedua-duanya sangat bersuka-cita berangkatlah raden Janaka diringkan oleh kyai Semar, Nalagareng, dan Petruk. Di tengah hutan, bertemu dengan raksasa dari Trajutrisna, dan terjadi peperangan, wadya yaksa dapat dikalahkan, raden Janaka melanjutkan perjalanannya.
Di pertapaan Gandamadana, tampak raden Samba beserta raden Gunadewa, kedua-duanya sedang membicarakan perihal cara-cara bertapa. Datanglah raden Janaka, menceriterakan maksud kedatangannya.Menangislah raden Samba, memohon dapat dipertemukannya dengan Dewi Haghyanawati. Raden Janaka segera memerintahkan kepada kyai Semar, Nalagareng dan Petruk untuk segera berangkat mengiringkan raden Samba,sebab dengan itulah nanti akan bertemu dengan Dewi Hagnyanawati, adapun raden Janaka langsung pergi ke kerajaan Dwarawati.
Konon, di kerajaan Trajutrisna,Dewi Hagnyanawati mengajukan permohonan kepada prabu Boma, untuk dicarikannya kayu yang bernama Dewandaru, dan disanggupinya. Pergilah prabu Boma ke Suralaya bersabda kepada hyang Girinata.
Hyang Girinata di Suralaya bersabda kepada hyang Narada, hendaknya Dewi Wilutama diperintahkan umencari titisannya batara Drema dan batari Dremi, untuk selanjutnya diperjodohkan. Turunlah ke bumi Dewi Wilutama, melaksanakan tugas mencari titisannya batara Drema dan batari Dremi.
Raden Samba yang tengah berjalan di tengah hutan, melihat sasmita dewa, yang terpampang, di batu berupa tulisan, yang menyatakan maksud bahwasanya titisannya batara Drema sudah masakalanya akan bertemu dengan titisannya batari Dremi. Datanglah Dewi Wilutama kepada radenSamba, dijelaskan maksud dan keperluannya turun ke bumi, dan diuraikan pula, bahwasanya raden Samba adalah titisannya batara Drema, untuk itu sesuia dengan perintah hyang Girinata, akan dipertemukan dengan titisannya batari Dremi. Pergilah raden Samba mengikuti Dewi Wilutama ke kerajaan Trajutrisna.
Di taman Trajutrisna, raden Samba bertemu dengan Dewi Hagnyanawati, dan kepadanya diajak untuk pergi ke kerajaan Dwarawati. Sebelum melaksanakan maksudnya, raksasa wanita yang bertugas menunggu taman melihat gerak-gerik raden Samba, yang sangat mencurigakan, segeralah raden Samba dikejar, untuk ditangkap. Waspada akan datangnya bahaya. Raden Samba pergi meninggalkan taman Trajutrisna, bersama Dewi Hagnyanawati. Emban Sarwini, raksasa wanita si penjaga taman, merasa gagal usahanya menangkap raden Samba, segera melapor kepada raja.
Di kerajaan Dwarawati, prabu Kresna menerima kedatangan raja Mandura prabu Baladewa, menghadap pula raden Satyaka dan Setyaki. Tak lama datanglah raden Janaka. Segera melapor bahwasanya raden Samba berkehendak supaya dipertemukan dengan Dewi Hagnyanawati. Datang pula raden Samba bersama Dewi Hagnyanawati, yang melpor segala hal ihwalnya, prabu Kresna dapat memmahami apa telah diceritakan oleh puteranya raden Samba.
Prabu Pyntadewa raja Amarta, memerintahkan kepada adiknya raden Wrekudara dan kemenakannya raden Gatutkaca, untuk menyusul kepergian raden Janaka, ke kerajaan Dwarawati, dan segera berangkatlah mereka menunaikan tugasnya.
Syahdan, prabu Bomanarakasura yang sedang di repat kepanasan Suralaya, untuk mendapatkan kayu Dewandaru disusul oleh embannya yang bernama Sarwini, datang melapor bahwasanya prabu Baladewa mengamuk, memecah jembangan air di taman Trajutrisna, sedangkan Dewi Hagnyanawati dilarikan oleh raden Samba. Semula prabu Bomanarakarura akan langsung mengejar raden Samba, akan tetapi disarankan kalau sebaiknya para wadyabala raksasa saja ditugaskan menyelesaikan pengejaran tersebut, kembalilah raja Bomanarasura ke kerajaan Trajutrisna, para wadyabala menunaikan tugas ke martyapada, mengejar raden Samba.
Prabu Bomanarakasura yang telah kembali ke praja Trajutrisna, segera mengetap wadyabalanya, untuk segera menyerang praja Dwarawati, sesampainya di praja Dwarawati, para Pandawapun telah bersiap-siap, terlihat antaranya raden arya Wrekudara, raden Samba, dan Dewi Hagnyanawati, prabu Baladewa, raden Janaka, dan raden Gatutkaca.
Pertempuran terjadi, wadyabala Trajutrisna dapat diundurkan oleh raden Arya Wrekudara, raden Janaka dan raden Gatutkaca, Seundurnya para wadyabala raksasa Trajutrisna, sri Kresna mengucapkan syukur, bahwasanya raden Samba telah kembali dengan selamat, dan menetapi sabda dewa, dipertemukannya titisannya batara Drema dan batari Dremi. Seluruh istana dwarawati, turut bersukacita
berada di gadamadana, dan disanggupi. Pula, raja mengutus raden setyaka untuk pergi ke praja Madukara, menyerahkan permasalahannya kepada raden Janaka. Manakala raja kembali bertemu dengan permaisuri Dewi setyaboma, Dewi Jembawati dan Dewi rukmini di kraton, masanggrahlah prabu Baladewa di Kadiapten Dwarawati. Raden Setyaka, raden setyaki dan Patih Udawa mempersiapkan keberangkata ke kerajaan Mandura beserta wadyabala.
Di kerajaan trajutrisna, Prabu Bomanarakasura memerintahkan kepada wadyabalanya, untuk mencari seekor kijang tutul (berbintik-bintik) sesuai dengan permintaan istrinya, Dewi hagnyanawati. Dipertengahan jalan bertemulah wadyabala Trajutrisna dengan wadyabala Dwarawati, terjadilah perselisihan pendapat, dan peerangan. Paara wadyabala Trajutrisna melarikan diri bersembunyi di hutan, wadyabala Dwarawati meneruskan perjalanannya menuju praja Madukara.
Raden Janaka, menerima kedatangan utusan Sri Kresna, raden setyaka yang menceritakan perihal llosnya raden samba, sri Kresna membebankan tgas, membujuk raden samba supaya kembai ke kerajaan Dwarawati, dan disanggupimya.
Kembalilah raden Setyaka, kepada Dewi Subadra dan Dewi Srikandi. Raden Janaka mencaeriterakan perihal akan kepergiannya ke pertapaan Gadamadana, kedua-duanya sangat bersuka-cita berangkatlah raden Janaka diringkan oleh kyai Semar, Nalagareng, dan Petruk. Di tengah hutan, bertemu dengan raksasa dari Trajutrisna, dan terjadi peperangan, wadya yaksa dapat dikalahkan, raden Janaka melanjutkan perjalanannya.
Di pertapaan Gandamadana, tampak raden Samba beserta raden Gunadewa, kedua-duanya sedang membicarakan perihal cara-cara bertapa. Datanglah raden Janaka, menceriterakan maksud kedatangannya.Menangislah raden Samba, memohon dapat dipertemukannya dengan Dewi Haghyanawati. Raden Janaka segera memerintahkan kepada kyai Semar, Nalagareng dan Petruk untuk segera berangkat mengiringkan raden Samba,sebab dengan itulah nanti akan bertemu dengan Dewi Hagnyanawati, adapun raden Janaka langsung pergi ke kerajaan Dwarawati.
Konon, di kerajaan Trajutrisna,Dewi Hagnyanawati mengajukan permohonan kepada prabu Boma, untuk dicarikannya kayu yang bernama Dewandaru, dan disanggupinya. Pergilah prabu Boma ke Suralaya bersabda kepada hyang Girinata.
Hyang Girinata di Suralaya bersabda kepada hyang Narada, hendaknya Dewi Wilutama diperintahkan umencari titisannya batara Drema dan batari Dremi, untuk selanjutnya diperjodohkan. Turunlah ke bumi Dewi Wilutama, melaksanakan tugas mencari titisannya batara Drema dan batari Dremi.
Raden Samba yang tengah berjalan di tengah hutan, melihat sasmita dewa, yang terpampang, di batu berupa tulisan, yang menyatakan maksud bahwasanya titisannya batara Drema sudah masakalanya akan bertemu dengan titisannya batari Dremi. Datanglah Dewi Wilutama kepada radenSamba, dijelaskan maksud dan keperluannya turun ke bumi, dan diuraikan pula, bahwasanya raden Samba adalah titisannya batara Drema, untuk itu sesuia dengan perintah hyang Girinata, akan dipertemukan dengan titisannya batari Dremi. Pergilah raden Samba mengikuti Dewi Wilutama ke kerajaan Trajutrisna.
Di taman Trajutrisna, raden Samba bertemu dengan Dewi Hagnyanawati, dan kepadanya diajak untuk pergi ke kerajaan Dwarawati. Sebelum melaksanakan maksudnya, raksasa wanita yang bertugas menunggu taman melihat gerak-gerik raden Samba, yang sangat mencurigakan, segeralah raden Samba dikejar, untuk ditangkap. Waspada akan datangnya bahaya. Raden Samba pergi meninggalkan taman Trajutrisna, bersama Dewi Hagnyanawati. Emban Sarwini, raksasa wanita si penjaga taman, merasa gagal usahanya menangkap raden Samba, segera melapor kepada raja.
Di kerajaan Dwarawati, prabu Kresna menerima kedatangan raja Mandura prabu Baladewa, menghadap pula raden Satyaka dan Setyaki. Tak lama datanglah raden Janaka. Segera melapor bahwasanya raden Samba berkehendak supaya dipertemukan dengan Dewi Hagnyanawati. Datang pula raden Samba bersama Dewi Hagnyanawati, yang melpor segala hal ihwalnya, prabu Kresna dapat memmahami apa telah diceritakan oleh puteranya raden Samba.
Prabu Pyntadewa raja Amarta, memerintahkan kepada adiknya raden Wrekudara dan kemenakannya raden Gatutkaca, untuk menyusul kepergian raden Janaka, ke kerajaan Dwarawati, dan segera berangkatlah mereka menunaikan tugasnya.
Syahdan, prabu Bomanarakasura yang sedang di repat kepanasan Suralaya, untuk mendapatkan kayu Dewandaru disusul oleh embannya yang bernama Sarwini, datang melapor bahwasanya prabu Baladewa mengamuk, memecah jembangan air di taman Trajutrisna, sedangkan Dewi Hagnyanawati dilarikan oleh raden Samba. Semula prabu Bomanarakarura akan langsung mengejar raden Samba, akan tetapi disarankan kalau sebaiknya para wadyabala raksasa saja ditugaskan menyelesaikan pengejaran tersebut, kembalilah raja Bomanarasura ke kerajaan Trajutrisna, para wadyabala menunaikan tugas ke martyapada, mengejar raden Samba.
Prabu Bomanarakasura yang telah kembali ke praja Trajutrisna, segera mengetap wadyabalanya, untuk segera menyerang praja Dwarawati, sesampainya di praja Dwarawati, para Pandawapun telah bersiap-siap, terlihat antaranya raden arya Wrekudara, raden Samba, dan Dewi Hagnyanawati, prabu Baladewa, raden Janaka, dan raden Gatutkaca.
Pertempuran terjadi, wadyabala Trajutrisna dapat diundurkan oleh raden Arya Wrekudara, raden Janaka dan raden Gatutkaca, Seundurnya para wadyabala raksasa Trajutrisna, sri Kresna mengucapkan syukur, bahwasanya raden Samba telah kembali dengan selamat, dan menetapi sabda dewa, dipertemukannya titisannya batara Drema dan batari Dremi. Seluruh istana dwarawati, turut bersukacita