CITRAYUDA adalah salah seorang diantara 100 orang keluarga Kurawa (Sata Kurawa) yang terkemuka. Ia putra Prabu Drestarasta, raja negara Astina dengan Dewi Gandari, putri Prabu Gandara dengan Dewi Gandini dari negara Gandaradesa. Dari 100 orang saudaranya yang dikenal dalam pedalangan adalah ; Duryudana (raja negara Astina), Bogadatta (raja negara Turilaya), Bomawikata, Wikataboma, Citraksa, Citraksi, Citraboma, Carucitra, Dursasana (Adipati Banjarjumut), Durmagati, Durmuka, Durgempo, Gardapati (raja negara Bukasapta), Gardapura, Kartamarma (raja negara Banyutinalang), Kartadenta, Surtayu, Surtayuda, Windandini (raja negara Purantara) dan Dewi Dursilawati.
Di dalam Kitab Mahabharata di bagian Adiparwa disebutkan nama-nama keseratus Kurawa. Ketika itu Abyasa memberi nama satu per satu bayi-bayi yang baru lahir. Namun dari seratus Kurawa itu tidak semua mempunyai kisah dan cerita yang spesifik. Hanya beberapa tokoh yang mempunyai kisah yang panjang sehingga perlu dibuatkan boneka wayangnya. Sedangkan tokoh yang hanya sekali dua kali disebut namanya tanpa ada kisah dan ketokohan yang penting apalagi watak yang jelas. Akibatnya tidak semua Kurawa dapat digambarkan boneka wayangnya. Kalaupun keseratus Kurawa dibuatkan boneka wayangnya, tidak terhindarkan adanya duplikasi atau kemiripan tokoh.
Citrayuda memiliki perwatakan ; Lucu, banyak akal, pandai bicara dan suka mencela. Sebagai murid Resi Drona, Citrayuda juga mahir dalam olah keprajuritan mempermainkan senjata gada dan lembing. Pada saat berlangsungnya perang Bharatayuda, Citrayuda tampil memimpin pasukan balatentara Kurawa mendampingi senapati perang Resi Drona. Ia bersama Citraksa, Surtayu, Citrakundala dan Dirgalasara tewas dalam peperangan melawan Arya Wratsangka, senapati perang Pandawa, putra Prabu Matswapati dari negara Wirata.