Sejarah Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara
Indonesia dulu sempat dijajah oleh banyak sekali negara, menyerupai Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Negara yang paling usang menjajah yaitu Belanda yaitu selama 350 tahun. Penjajahan Belanda di Indonesia berakhir pada tahun 1942. Setelah penjajahan dari Belanda berakhir, Indonesia diduduki oleh tentara Jepang. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Jepang menunjukkan akad kemerdekaan untuk menarik simpati bangsa Indonesia supaya bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Pada tanggal 29 April 1945 Jepang menunjukkan akad kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu akad kemerdekaan tanpa syarat.
Pembentukan BPUPKI
Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk meyakinkan bangsa Indonesia. Tugas BPUPKI yaitu menyidik dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk sanggup dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia. BPUPKI dalam bahasa Jepang berarti Dokuritsji Junbi Cosakai. Pada tanggal 28 April 1945 diumumkan pengangkatan anggota BPUPKI. Upacara peresmiannya di gelar Gedung Cuo Sangi In di Pejambon Jakarta.
Susunan pengurus dan jumlah anggota BPUPKI yaitu :
- Ketua : Dr. Radjiman Wedyodiningrat
- Ketua Muda : Raden Panji Soeroso
- Ketua Muda : Ichibangase (anggota luar biasa, orang Jepang)
- Anggota : 60 orang tidak termasuk Ketua dan Ketua Muda.
Persidangan Pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945)
Muhammad Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 mengajukan permintaan mengenai dasar negara secara mulut yang terdiri atas lima hal, yaitu:
- Peri Kebangsaan
- Peri Kemanusiaan
- Peri Ketuhanan
- Peri Kerakyatan
- Kesejahteraan Rakyat
Mr. Soepomo juga mengusulkan lima dasar negara pada 31 Mei 1945, yaitu sebagai berikut:
- Paham negara persatuan
- Perhubungan negara dan agama
- Sistem tubuh permusyawaratan
- Sosialisme negara
- Hubungan antarbangsa
Pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mengajukan permintaan mengenai calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:
- Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
- Internasionalisme (Perikemanusiaan)
- Mufakat atau Demokrasi
- Kesejahteraan Sosial
- Ketuhanan yang Berkebudayaan
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut sanggup diperas menjadi Trisila, yaitu:
- Sosio nasionalisme
- Sosio demokrasi
- Ketuhanan
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya yaitu menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan permintaan secara tertulis paling lambat hingga dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:
- Ir. Soekarno
- Ki Bagus Hadikusumo.
- K.H. Wachid Hasjim
- Mr. Muh. Yamin
- M. Sutardjo Kartohadikusumo
- Mr. A.A. Maramis
- R. Otto Iskandar Dinata
- Drs. Muh. Hatta
Proses Persidangan Kedua BPUPKI (10-16 Juli 1945)
- Ir. Soekarno
- Drs. Muh. Hatta
- Mr. A.A. Maramis
- K.H. Wachid Hasyim
- Abdul Kahar Muzakkir
- Abikusno Tjokrosujoso
- H. Agus Salim
- Mr. Ahmad Subardjo
- Mr. Muh. Yamin
Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta atau Jakarta Charter”.
Piagam Jakarta |
Pembentukan Panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan di Jepang. Untuk menindaklanjuti hasil kerja dari BPUPKI, maka jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsi Junbi Inkai. Anggota PPKI terdiri dari 21 orang untuk seluruh masyarakat Indonesia, 12 orang wakil dari jawa, 3 wakil dari sumatera, 2 orang wakil sulawesi, dan seorang wakil Sunda Kecil, Maluku serta penduduk cina. Tanggal 18 Agustus 1945, ketua PPKI menambah 6 anggota lagi sehingga anggota PPKI berjumlah 27 orang. Pada tanggal 17 Agustus 1945, sesudah upacara proklamasi kemerdekaan, tiba berberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut yaitu sebagai berikut:
- Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi
- Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan
- I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
- Latu Harhary, wakil dari Maluku
Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat ihwal bab kalimat dalam rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar yang juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya, yang berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Pada Sidang PPKI I, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta kemudian mengusulkan mengubah tujuh kata tersebut menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pengubahan kalimat ini telah dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka menyetujui perubahan kalimat tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan alhasil bersamaan dengan penetapan rancangan pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.
Rumusan Akhir Yang Ditetapkan Tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang PPKI yaitu sebagai berikut:
- Ketuhanan Yang Maha Esa
- Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Persatuan Indonesia
- Kerakyatan yang dimpin oleh nasihat budi dalam permusyawaran/perwakilan
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Demikian klarifikasi ihwal perumusan Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara.Silakan kunjungi artikel SistemPemerintahan Indonesia lainnya.