Prabu Pattanam raja bangsa dedemit di Dahulagiri mempunyai tiga putra yaitu, Andini (Andana), Cingkarabala dan Balaupata. Ketiga putra Prabu Pattanam ini berkeinginan menjadi raja Triloka dengan maksud ingin merebut kahyangan Suralaya dari tangan Sang Hyang Manikmaya.
Andini (Andana) adalah putra Prabu Pattanam yang tersulung, wujudnya berupa lembu dengan bulunya yang kuning keemasan, sedangkan Cingkarabala dan Balaupata berwujud raksasa kembar bersenjatakan alugora (gada). Setelah mendapat restu dari ayahandanya, mereka lalu berangkat menuju puncak Tengguru (kahyangan Suralaya). Cingkarabala dan Balaupata naik di punggung Andini. Lembu berwarna bulu kuning keemasan itu melesat ke angkasa raya bagaikan kilat tatit. Namun sebelum mereka sampai ke puncak Tengguru, di angkasa raya mereka telah dihadang oleh Sang Hyang Manikmaya. Melalui aji Pengabaran, Raja Tribuana itu telah waspada sebelumnya akan kedatangan mereka yang ingin menyerang kahyangan Suralaya, maka di angkasa mereka pun bertempur.
Andini yang sakti dapat mengeluarkan semburan api dari mulutnya, sedangkan Cingkarabala dan Balaupata kedua senjata mereka yang berbentuk alogora menggelegar seperti halilintar. Namun kesaktian mereka tidak setara dengan Sang Hyang Manikmaya. Cingkarabala dan Balaupata ambruk luruh ke bumi terkena pukulan tumbak pusaka Trengganaweni. Andini sendiri tidak berkutik, tubuhnya pun sama luruh terkena aji Kemayan yang dijapa oleh Sang Hyang Manikmaya. Ketiga putra prabu Pattanam tidak berdaya menghadapi kesaktian Sang Hyang Manikmaya, mereka mengaku takluk dan ingin mengabdi kepada Manikmaya. Ketiganya diampuni dan diterima oleh Sang Hyang Manikmaya, maka saat itu juga ketiga putra Prabu Pattanam masing-masing diberi tugas. Andini yang berwujud lembu dan mempunyai kecepatan yang sangat luar biasa dijadikan kendaraan pribadi Sang Hyang Manikmaya, sedangkan Cingkarabala dan Balaupata diberi tugas menjadi penjaga pintu gerbang Selamatangkep (pintu gaib kahyangan Suralaya).
Andini (Andana) adalah putra Prabu Pattanam yang tersulung, wujudnya berupa lembu dengan bulunya yang kuning keemasan, sedangkan Cingkarabala dan Balaupata berwujud raksasa kembar bersenjatakan alugora (gada). Setelah mendapat restu dari ayahandanya, mereka lalu berangkat menuju puncak Tengguru (kahyangan Suralaya). Cingkarabala dan Balaupata naik di punggung Andini. Lembu berwarna bulu kuning keemasan itu melesat ke angkasa raya bagaikan kilat tatit. Namun sebelum mereka sampai ke puncak Tengguru, di angkasa raya mereka telah dihadang oleh Sang Hyang Manikmaya. Melalui aji Pengabaran, Raja Tribuana itu telah waspada sebelumnya akan kedatangan mereka yang ingin menyerang kahyangan Suralaya, maka di angkasa mereka pun bertempur.
Andini yang sakti dapat mengeluarkan semburan api dari mulutnya, sedangkan Cingkarabala dan Balaupata kedua senjata mereka yang berbentuk alogora menggelegar seperti halilintar. Namun kesaktian mereka tidak setara dengan Sang Hyang Manikmaya. Cingkarabala dan Balaupata ambruk luruh ke bumi terkena pukulan tumbak pusaka Trengganaweni. Andini sendiri tidak berkutik, tubuhnya pun sama luruh terkena aji Kemayan yang dijapa oleh Sang Hyang Manikmaya. Ketiga putra prabu Pattanam tidak berdaya menghadapi kesaktian Sang Hyang Manikmaya, mereka mengaku takluk dan ingin mengabdi kepada Manikmaya. Ketiganya diampuni dan diterima oleh Sang Hyang Manikmaya, maka saat itu juga ketiga putra Prabu Pattanam masing-masing diberi tugas. Andini yang berwujud lembu dan mempunyai kecepatan yang sangat luar biasa dijadikan kendaraan pribadi Sang Hyang Manikmaya, sedangkan Cingkarabala dan Balaupata diberi tugas menjadi penjaga pintu gerbang Selamatangkep (pintu gaib kahyangan Suralaya).